Saturday, May 12, 2012

Gagah Lanang

Hari minggu malam, tapatnya tanggal 29 April 2012 kemarin, masih dengan kesibukanku tertumpah pada pekerjaan yang belum kunjung selesai dan bahkan alhamdulillaah bertambah. Malam itu setelah seorang staff ku pamit untuk pulang, karena mulai larut dan cuaca yang menandakan akan turunnya hujan, dan aku masih duduk didepan komputerku meneruskan pekerjaan yang belum selesai.

Disudut kamar sana, istriku mulai mengalihkan perhatianku dengan isak kesakitannya pada perutnya yang tengah mengandung berusia 38 minggu, sekali-sekali aku hampiri dan membantu meredakan rasa 'mulas'nya dengan menghiburnya dan mengajaknya ngobrol.

Intensitas rasa mulasnya meninggi, hampir setiap lima menit sekali sehingga membuat istriku lemas dan kesakitan, ditambah lagi dengan muntah-muntah, segala yang dimakan sebelumnya semua keluar dari mulutnya, Astaghfirallahal'adziim....Yaa Allah kuatkan istriku, doa dalam hati dan pikiranku. Masuk angin...yaa...masuk angin pikiran kami kompak, bahwa apa yang dialami oleh istriku adalah gajala masuk angin yang disertai dengan mulas yang berlebihan.

"Abi...panggilkan saja bidannya, supaya kita bisa lebih tau apa gejala yang timbul ini, biarin Umi tunggu dirumah",,pinta istriku denan nada penuh dengan rasa sakit itu.

Antara pergi jemput bidan dan meninggalkan istriku dengan kondisi seperti itu, sangat sungkan hati ini jika harus membangunkan tetangga untuk menemani istriku ketika aku menjemput bidan, dan akhirnya permintaan istrikupun tak ku penuhi, dengan memberinya sedikit pengertian agar lebih bak kita berdua yang berangkat kekelinik bidan, sehingga tidak perlu merepotkan tetangga berlebihan.

Kembali istriku turun dari tempat tidurnya sambil memegangi perutnya, dan meminta kembali untuk menjemput bidan, ketika itu jam 24.00 penghujung tanggal 29 dibulan April, dan akhirnya kami sepakati bahwa kita berdua harus keluar rumah di malam yang dingin itu, setelah persiapan segala perlengkapan tepat jam 00.30 waktu setempat, kami keluar rumah, tetangga yang ketika itu mungkin terbangun karena mendengar bunyi kendaraanku.

"Bade kamana, peuting kieu..." tanya tetanggaku
"Mau kekelinik pak, sepertinya istri saya masuk angin dari tadi muntah-muntah terus" jawabku simpel sambil memarkirkan kendaraanku dan berlalu dikegelapan malam.

Didepan pintu pagar kelinik bidan setempat, kendaraan kami berhenti dan segera saya membuka pintu dan menuntun istriku masuk, setelah beberapa kali menekan bel yang tersedia di kusen pintu utama kelinik tersebut, akhirnya pekerja pada kelinik itupun membukakan pintu, walau bidan yang bertugas belum turun dari kamarnya, dan mungkin belum terbangun pikirku saat itu. Beberapa saat kemudian, keluarlah bidan yang bertugas dan segera mempersilahkan kami masuk dalam ruang praktiknya,,,sesaat saya mulai gugup, dan berharap tidak terjadi apa-apa pada kandungan istriku.

Kembali rasa mulas dan sakit itu terasa oleh istriku, lebih tinggi intensitasnya, seidikit ketenangan terpancar pada wajah istriku ketika sebuah kotak kecil yang dipegang bu bidan berdegup seperti degupan jantung, ya itu bunyi degup jantung anakku, walaurasa sakit itu masih membuatnya meringis, tapi tersirat ketenangan dalam batinnya bahwa bayi dalam kandungannya baik-baik saja.

Satu tindakan bidan itu yang membuat kami merasa tidak percaya, bahwa hasil pemeriksaan dalamnya memberikan sebuah diagnosa bahwa dalam pintu rahim istriku sudah terjadi proses pembukaan, dan hasil pemeriksaanya menunjukan pembukaan IV (empat) fase aktif, lebih-lebih bu bidan menganjurkan untuk segera pergi kekelinik bidan saudaranya yang lebih lengkap peralatan dan fasilitasnya, kami semakin cemas dan sedikit gugup, tapi Alhamdulillaah yaa Allah kami kuat dan diberikan ketenangan sehingga kami.

Kurang lebih jam 01.00  Kami sampai di kelinik bidan yang kedua, disana bidan yang bertugas dikelinik sebelumnya segeram mempersiapkan ruang observasi untuk istriku, sedangkan aku mempersiapkan segala kemungkinan yang terjadi, baik lahir maupun bathin.

Dikelinik itu istriku semakin sering merasakan mulas yang luar biasa, "Andai rasa sakit dan mulas ini bisa aku gantikan yaa Allah" gumamku dalam hati. Karena bidan tersebut memprediksikan bahwa waktu kelahiran bayi kami itu esok hari, dari proses pembukaan yang saat itu baru memasuki pembukaan 4 (empat) faese aktif, bu bidanpun mencoba untuk istirahat diruangannya, sedangkan istriku sekali-sekali merasakan mulas yang dahsyat, dengan kepasrahan dan kekuatan yang Allah berikan kepada kami berdua, alhamdulillah setiap derasnya rasa sakit itu bisa ditahan istriku.

Ketika rasa sakit itu kembali menyerang istriku, saat itu waktu sudah menunjukan jam 03.40 waktu setempat, terasa gumpalan darah keluar dari pintu rahim istriku, dan benar gumpalan itu berwarna merah, Aku panik dan coba untuk menenangkan diriku, istriku meminta untuk memanggil bidan yang sedang istirahat itu. Setelah beberapa kali ketukkan pintu ruang istirahatnya, bidanpun terbangun dan segera menuju ke ruang observasi seolah mengerti arti ketukkan itu.


Diruang observasi itu, istriku masih menahan rasa mulas yang sangat, dan darah pun semakin bertambah membasahi sarung yang isa kenakan. "Pindahkan ke ruang partus" kalimat dari Bu bidan itu menyadarkanku dalam kepanikan, dengan izin Allah, aku mampu membopong istriku dari ruang observasi sampai ke ruang bersalin.

"Bangunkan bidan Tatinya pak" pinta bidan Ros
Tanpa menjawab, saya langsung menuju ke ruang istirahat bidan Tati, mungkin kelelanhan yang sangat karena kegiatan hari itu, bidan Tati tidak berhasil ku bangunkan, akupun pasrah dan kembali ke ruang bersalin dimana Istriku dan Bidan Ros sedang berjuang.

Setelah beberapa tahap proses pengejanan istriku, sampai terlihat bagian atas kepala anakku, istriku behenti mengejan, mungkin karena kelelahan, dengan dukunganku dan bujukan Bidan, akhirnya istriku mulai berjuang kembali dengan sisa kekuatan yang ada, dan hanya pasrah kepada kehendak Allah, tepat jam 4.03 Waktu setempat, si jabang bayipun terlahir dari istriku, tangisannya memecah kesunyian malam menjelang pagi itu, rasa bahagia bercampur haru, tak terasa mataku basah dan menggenangkan air sampai terjatuh di pipiku, ku kekecup istriku dan kudekap dalam pelukku, sambil memperhatikan anakku yang sedang dalam proses pemotongan tali pusar oleh bidan.

Setelah selesai, segera aku coba untuk cek kelengkapan semua rogan tubuhnya dan Alhamdulillah lengkap dan sempurna, segera ku lantunkan Adzan di telinga kanannya dengan suara parau dan tersendat, serta Iqomah pada telinga kirinya dengan gemetar dan haru biru. Terimakasih Yaa Allah, engkau maha kuasa lagi maha sempurna.

Anaku si Gagah Lanang, Abie Menyayangimu, Jadilah Engkau Seorang lelaki yang Jujur dan Benar, Insya Allah Engkau diridhoi Allah.

Kasih Sayang Tulus Untukmu dari,
Abie & Umie

No comments:

Post a Comment

Jika berkenan untuk komentar, silahkan sampaikan dengan bahasa yang baik dan sopan ya...silahkan....!!!