Monday, May 21, 2012

Balok Sloof

Sebelumnya sudah kita uraikan tentang pondasi batu belah dan bagian-bagiannya yang dijelaskan secara terperinci, kali ini masih dalam pembahasan tentang pondasi, kita akan coba share tentang sloof.

Di atas pondasi batu belah dipasang beton bertulang yang disebut: balok “sloof”, yang dibuat dari beton bertulang dengan campuran yang baik, dengan kuat tekan minimal mencapai 20 MPa (200 kg/cm2). Sloof berukuran minimal 15 cm x 20 cm dengan diameter tulangan memanjang minimal 10 mm. Meskipun demikian, disarankan tulangan berdiameter 12 mm, sehingga membentuk formasi tulangan memanjang 412 dan sengkang 8-150 atau 6-125. Material beton berfungsi untuk menahan gaya tekan, sedangkan baja tulangan digunakan untuk menahan gaya tarik. Tujuan penggunaan balok sloof, selain sebagai pengganti trasraam dibawah lantai, juga untuk meratakan beban komponen bangunan yang ada di atasnya untuk diteruskan ke bagian pondasi. Apabila terjadi penurunan pondasi, diharapkan tidak akan mempengaruhi konstruksi bangunan di atasnya, karena telah didukung oleh balok sloof.

Untuk gambaran Apa itu sloof, berikut ini saya coba lampirkan gambar sloof pada untuk bangunan rumah : 
 
Kedalaman minimum untuk pembuatan pondasi adalah 60 cm dari permukaan
tanah. Seluruh pekerjaan pasangan batu belah ini menggunakan adukan campuran 1 semen : 4 pasir. Pasangan batu belah untuk pondasi dikerjakan setelah lapisan urug dan aanstamping (pasangan batu kosong) selesai dipasang. Pondasi juga harus mempunyai hubungan kuat dengan sloof, yang dapat dilakukan dengan pemasangan angkur antara sloof dan pondasi dengan jarak 1 meter.
 
Pada saat terjadi gempa, tanah bergerak ke arah horisontal dan vertikal,
sehingga akan bekerja pula gaya lateral yang menyebabkan adanya komponen gaya geser antara pondasi dengan komponen bangunan diatasnya (sloof). Apabila hubungan antara pondasi dengan sloof tidak cukup kuat, maka akan terjadi kerusakan akibat pergeseran sloof terhadap pondasi. Fenomena ini dapat diatasi dengan memberikan penghubung geser berupa angkur, yang menghubungkan pondasi dengan sloof, sehingga gaya geser yang bekerja pada bidang antara muka pondasi dan sloof dapat ditanggulangi.

Untuk memperoleh pondasi yang baik, pada daerah gempa, perlu diperhatikan
prinsip-prinsip galian pondasi sebagai berikut: 
a.       Kedalaman pondasi dari permukaan tanah minimal 60 cm. 
b.      Lebar bagian bawah pondasi minimal 60 cm. 
c.       Lebar bagian atas pondasi minimal 30 cm.
d.      Konstruksi pondasi dibuat solid (pejal) dan menerus.
e.       Diletakkan di atas tanah keras.
f.       Pondasi tidak diletakkan langsung diatas tanah dalam lubang pondasi, tetapi di atas tanah tersebut diberi lapisan pasir urug minimum setebal 10 cm dan dipadatkan dengan cara menyiram dengan air, dengan maksud agar diperoleh permukaan yang merata dan dapat meredam rambatan gelombang saat terjadi gempa.
g.      Ukuran lubang dasar galian pondasi dibuat 10 cm kiri-kanan lebih lebar daripada dasar pondasi, agar orang dapat bekerja pada waktu
mengerjakan pasangan pondasi.
h.      Galian lubang pondasi dibuat miring (5 : 1), agar dinding tanah galian tidak mudah untuh. Kemiringan galian tanah ini makin besar untuk tanah-tanah yang gembur/lembek.
i.        Sloof berukuran 15 cm x 20 cm dibuat dari beton bertulang dengan kekuatan tekan minimum 20 MPa (200 Kg/cm2) dengan tulangan memanjang minimal 4∅10, tetapi disarankan 4∅12, dan sengkang ∅8-150 atau ∅6-125.
j.        Sloof diangkur pada setiap jarak 100 cm dengan kedalaman 40 cm sehingga struktur menjadi kokoh. 
k.   Adukan yang digunakan sebagai perekat batu belah menggunakan komposisi ½ air : 1 pc : 4 ps
 

 

No comments:

Post a Comment

Jika berkenan untuk komentar, silahkan sampaikan dengan bahasa yang baik dan sopan ya...silahkan....!!!